Jambarpost.com, Tebo – Kawanan gajah liar kambali mengamuk di kawasan pemukiman dan kebun warga di Desa Sungai Abang, Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo, bahwa ada sebanyak 120 ekor gajah liar hidup di area 600 hektare taman nasional tersebut.
Seperti yang diketahui, konflik lahan antara manusia dengan gajah sumatera kerap terjadi di Kabupaten Tebo, terutama mereka yang merasa terganggu dan lahannya rusak oleh kedatangan gajah.
Informasi yang di rangkum jambi-independent.co.id, 8 ekor gajah masuk ke perkampungan.
Kawanan gajah itu masuk ke Dusun Lang Sisip, Desa Sungai Abang, Kecamatan VII Koto, Tebo.
Akibatnya lahan sawit warga menjadi rusak, imbas dari masuknya kawanan gajah tersebut.
Hal ini disampaikan, Kapolsek VII Koto, Iptu Ika Widiatmiko pada Selasa 8 Agustus 2023.
Ia mengatakan pihaknya menerimanya laporan dari warga bahwa kawanan gajah memasuki pemukiman warga.
Kawanan gajah itu disebut memasuki pemukiman warga pada Kemarin, Senin 7 Agustus 2023 siang.
Mendapat laporan itu, IPTU Ika langsung berkoordinasi dengan Kabag Ops Polres Tebo.
Kemudian pihaknya langsung menghimbau warga untuk tidak pergi ke ladang hingga situasi kembali aman.
Petunjuk beliau agar berkirim surat ke BKSDA, terus bhabinkamtibmas, kades dan kadus untuk memberikan penyuluhan kepada warga agar jangan ke ladang dulu, karena masih ada rombongan gajah itu,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Wilayah 2 BKSDA Jambi, Faried, menyampaikan pihaknya telah menerima informasi tersebut dari warga dan melalui surat Kapolsek VII Koto.
Mendengar informasi ini, pihaknya langsung menyiapkan tim untuk melakukan pengecekan ke lapangan.
“Iya sudah masuk laporannya, kami sedang menyiapkan tim. Mungkin baru besok ke sana untuk mengecek seperti apa kejadiannya, terus apa yang bisa diperbuat BKSDA di sana kan,” pungkasnya.
Sementara Sekertaris Desa Sungai Abang Harmaini saat dikonfirmasi hal ini mengatakan, saat ini gajah masih berkeliaran di kawasan kebun, saat ini kurang lebih dua hektar kebun warga rusak akibat sawta ini,
“Kita berharap pihak BKSDA untuk terus bisa mengawasi pergerakan gajah ini agar tidak terjadi konflik seperti ini lagi, sebenarnya sudah ada penangkaran di desa muara sekali, namun konflik ini masih juga sering terjadi,” pungkasnya.(een)